Wan-najmi iżā hawā.

Demi bintang ketika terbenam,

Mā ḍalla ṣāḥibukum wa mā gawā.

kawanmu (Nabi Muhammad) tidak sesat, tidak keliru,

Wa mā yanṭiqu ‘anil-hawā.

dan tidak pula berucap (tentang Al-Qur’an dan penjelasannya) berdasarkan hawa nafsu(-nya).

In huwa illā waḥyuy yūḥā.

Ia (Al-Qur’an itu) tidak lain, kecuali wahyu yang disampaikan (kepadanya)

‘Allamahū syadīdul-quwā.

yang diajarkan kepadanya oleh (malaikat) yang sangat kuat (Jibril)

Żū mirrah(tin), fastawā.

lagi mempunyai keteguhan. Lalu, ia (Jibril) menampakkan diri dengan rupa yang asli

Wa huwa bil-ufuqil-a‘lā.

ketika dia berada di ufuk yang tinggi.

Ṡumma danā fa tadallā.

Dia kemudian mendekat (kepada Nabi Muhammad), lalu bertambah dekat,

Fa kāna qāba qausaini au adnā.

sehingga jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat (lagi).

Fa auḥā ilā ‘abdihī mā auḥā.

Lalu, dia (Jibril) menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya (Nabi Muhammad) apa yang Dia wahyukan.

Mā każabal-fu'ādu mā ra'ā.

Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.

Afa tumārūnahū ‘alā mā yarā.

Apakah kamu (kaum musyrik Makkah) hendak membantahnya (Nabi Muhammad) tentang apa yang dilihatnya itu (Jibril)?

Wa laqad ra'āhu nazlatan ukhrā.

Sungguh, dia (Nabi Muhammad) benar-benar telah melihatnya (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain,

‘Inda sidratil-muntahā.

(yaitu ketika) di Sidratulmuntaha.

‘Indahā jannatul-ma'wā.

Di dekatnya ada surga tempat tinggal.

Iż yagsyas-sidrata mā yagsyā.

(Nabi Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratulmuntaha dilingkupi oleh sesuatu yang melingkupinya.

Mā zāgal-baṣaru wa mā ṭagā.

Penglihatan (Nabi Muhammad) tidak menyimpang dan tidak melampaui (apa yang dilihatnya).

Laqad ra'ā min āyāti rabbihil-kubrā.

Sungguh, dia benar-benar telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang sangat besar.

Afa ra'aitumul-lāta wal-‘uzzā.

Apakah patut kamu (orang-orang musyrik) menganggap (dua berhala) al-Lata dan al-‘Uzza,

Wa manātaṡ-ṡāliṡatal-ukhrā.

serta Manata (berhala) ketiga yang lain (sebagai anak-anak perempuan Allah yang kamu sembah)?

Alakumuż-żakaru wa lahul-unṡā.

Apakah (pantas) bagi kamu (anak) laki-laki dan bagi-Nya (anak) perempuan?

Tilka iżan qismatun ḍīzā.

Itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.

In hiya illā asmā'un sammaitumūhā antum wa ābā'ukum mā anzalallāhu bihā min sulṭān(in), iy yattabi‘ūna illaẓ-ẓanna wa mā tahwal-anfus(u), wa laqad jā'ahum mir rabbihimul-hudā.

(Berhala-berhala) itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu ada-adakan. Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun untuk (menyembah)-nya. Mereka hanya mengikuti dugaan dan apa yang diinginkan oleh hawa nafsu. Padahal, sungguh, mereka benar-benar telah didatangi petunjuk dari Tuhan mereka.

Am lil-insāni mā tamannā.

Apakah manusia akan mendapat segala yang diinginkannya?

Fa lillāhil-ākhiratu wal-ūlā.

(Tidak!) Milik Allahlah kehidupan akhirat dan dunia.

Wa kam mim malakin fis-samāwāti lā tugnī syafā‘atuhum syai'an illā mim ba‘di ay ya'żanallāhu limay yasyā'u wa yarḍā.

Betapa banyak malaikat di langit yang syafaat (pertolongan) mereka sedikit pun tidak berguna, kecuali apabila Allah telah mengizinkan(-nya untuk diberikan) kepada siapa yang Dia kehendaki dan ridai.

Innal-lażīna lā yu'minūna bil-ākhirati layusammūnal-malā'ikata tasmiyatal-unṡā.

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat benar-benar menamai para malaikat dengan nama perempuan.

Wa mā lahum bihī min ‘ilm(in), iy yattabi‘ūna illaẓ-ẓann(a), wa innaẓ-ẓanna lā yugnī minal-ḥaqqi syai'ā(n).

Padahal, mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti dugaan dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran.

Fa a‘riḍ ‘am man tawallā, ‘an żikrinā wa lam yurid illal-ḥayātad-dun-yā.

Tinggalkanlah (Nabi Muhammad) orang yang berpaling dari peringatan Kami (Al-Qur’an) dan hanya menginginkan kehidupan dunia!

Żālika mablaguhum minal-‘ilm(i), inna rabbaka huwa a‘lamu biman ḍalla ‘an sabīlih(ī), wa huwa a‘lamu bimanihtadā.

Itulah kadar pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmulah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Wa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), liyajziyal-lażīna asā'ū bimā ‘amilū wa yajziyal-lażīna aḥsanū bil-ḥusnā.

Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Dengan demikian,) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).

Allażīna yajtanibūna kabā'iral-iṡmi wal-fawāḥisya illal-lamam(a), inna rabbaka wāsi‘ul-magfirah(ti), huwa a‘lamu bikum iż ansya'akum minal-arḍi wa iż antum ajinnatun fī buṭūni ummahātikum, falā tuzakkū anfusakum, huwa a‘lamu bimanittaqā.

(Mereka adalah) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji. Akan tetapi, mereka (memang) melakukan dosa-dosa kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dia lebih mengetahui dirimu sejak Dia menjadikanmu dari tanah dan ketika kamu masih berupa janin dalam perut ibumu. Maka, janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa.

Afa ra'aital-lażī tawallā.

Tidakkah engkau melihat orang yang berpaling (dari Al-Qur’an)?

Wa a‘ṭā qalīlaw wa akdā.

Dia memberikan sedikit (dari apa yang telah disepakati), lalu menahan sisanya.

A‘indahū ‘ilmul-gaibi fahuwa yarā.

Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang gaib, sehingga dia dapat melihat(-nya)?

Am lam yunabba' bimā fī ṣuḥufi mūsā.

Apakah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran (kitab suci yang diturunkan kepada) Musa

Wa ibrāhīmal-lażī waffā.

dan (lembaran-lembaran) Ibrahim yang telah memenuhi janji setianya?

Allā taziru wāziratuw wizra ukhrā.

(Dalam lembaran-lembaran itu terdapat ketetapan) bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,

Wa al laisa lil-insāni illā mā sa‘ā.

bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,

Wa anna sa‘yahū saufa yurā.

bahwa sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya),

Ṡumma yujzāhul-jazā'al-aufā.

kemudian dia akan diberi balasan atas (amalnya) itu dengan balasan yang paling sempurna,

Wa anna ilā rabbikal-muntahā.

bahwa sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),

Wa annahū huwa aḍḥaka wa abkā.

bahwa sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,

Wa annahū huwa amāta wa aḥyā.

bahwa sesungguhnya Dialah yang mematikan dan menghidupkan,

Wa annahū khalaqaz-zaujainiż-żakara wal-unṡā.

bahwa sesungguhnya Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan

Min nuṭfatin iżā tumnā.

dari mani ketika dipancarkan

Wa anna ‘alaihin nasy'atal-ukhrā.

bahwa sesungguhnya Dialah yang menetapkan penciptaan yang lain (kebangkitan setelah mati),

Wa annahū huwa agnā wa aqnā.

bahwa sesungguhnya Dialah yang menganugerahkan kekayaan dan kecukupan,

Wa annahū huwa rabbusy-syi‘rā.

bahwa sesungguhnya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi‘ra,

Wa annahū ahlaka ‘ādanil-ūlā.

dan bahwa sesungguhnya Dialah yang telah membinasakan (kaum) ‘Ad yang terdahulu

Wa ṡamūda famā abqā.

dan (kaum) Samud. Tidak seorang pun ditinggalkan-Nya (hidup).

Wa qauma nūḥim min qabl(u), innahum kānū hum aẓlama wa aṭgā.

Sebelum itu kaum Nuh juga (dibinasakan). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang lebih zalim dan lebih durhaka.

Wal-mu'tafikata ahwā.

Dia juga menjungkirbalikkan negeri kaum Lut,

Fa gasysyāhā mā gasysyā.

lalu Dia menimbuninyadengan apa yang menimpanya.

Fa bi'ayyi ālā'i rabbika tatamārā.

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang masih kamu ragukan?

Hāżā nażīrum minan-nużuril-ūlā.

Ini (Nabi Muhammad) adalah salah seorang pemberi peringatan di antara para pemberi peringatan yang terdahulu.

Azifatil-āzifah(tu).

(Hari Kiamat) yang dekat makin mendekat.

Laisa lahā min dūnillāhi kāsyifah(tun).

Tidak ada yang akan dapat mengungkapkan (terjadinya hari itu) selain Allah.

Afamin hāżal-ḥadīṡi ta‘jabūn(a).

Maka, apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?

Wa taḍḥakūna wa lā tabkūn(a).

Kamu mentertawakan dan tidak menangisi(-nya),

Wa antum sāmidūn(a).

sedangkan kamu lengah (darinya).

Fasjudū lillāhi wa‘budū.

Bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).